Medsos, Privasi yang Mati, dan Pentingnya Menjadi Orang Tua Bijak

   

KEDIRI,   radarjatim.net     ---- Perseteruan terbuka antara Ahmad Dhani dan mantan istrinya, Maia Estianty, yang tersebar luas di media sosial, menjadi salah satu potret buram dari fenomena yang dikenal sebagai “matinya ruang privat”.

Masalah rumah tangga, seperti perceraian atau konflik pasca-perceraian, sejatinya adalah ranah domestik yang seharusnya disimpan rapat oleh kedua belah pihak. Namun, di era media sosial yang serba terbuka, batas antara privasi dan ruang publik semakin kabur.

Hal ini tercermin dari tindakan saling mengumbar aib yang dilakukan oleh Dhani dan Maia. Bermula dari sebuah podcast di mana Maia membahas masa lalunya saat masih menjadi istri Dhani, kemudian berlanjut pada respons emosional Dhani di media sosial yang mengungkap sisi lain dari kisah rumah tangga mereka.

Sebagai orang tua, seharusnya keduanya mampu menjaga martabat dan kenyamanan psikologis anak-anak mereka: Al (Ahmad Al Ghazali), El (Jalaluddin El Rumi), dan Dul (Abdul Qodir Jailani). Anak-anak ini kini berada dalam posisi yang sangat dilematis—ibarat memakan buah simalakama. Membela ayah berarti melawan ibu kandung, dan sebaliknya. Situasi ini jelas menyiksa secara emosional.

Dalam Islam, membongkar rahasia rumah tangga di hadapan publik adalah perbuatan yang terlarang. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sungguh termasuk amanah yang paling besar di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang suami yang berhubungan dengan istrinya, atau istri yang berhubungan dengan suaminya, lalu salah satu dari mereka menyebarkan rahasianya.” (HR. Muslim)

Lebih tegas lagi, dalam riwayat Asma’ binti Yazid disebutkan bahwa Rasulullah menggambarkan orang yang menceritakan rahasia hubungan suami-istri sebagai orang yang mempermalukan dirinya sendiri.

Ulama Hanafi, Imam Mudzahiruddin al-Zaydan, dalam kitab al-Mafatih fi Syarhil Masabih, menyatakan bahwa menjaga rahasia rumah tangga merupakan amanah besar yang wajib dijaga.

Dari sudut pandang psikologi, teori attachment yang dikemukakan oleh John Bowlby menyebut bahwa peran orang tua sangat penting sebagai sumber rasa aman bagi anak. Bila orang tua terlibat dalam konflik terbuka dan mengundang perhatian publik, anak akan kehilangan tempat berlindung secara emosional.

Lebih jauh, filsuf Yunani Kuno, Pythagoras, pernah berkata bahwa jiwa yang bijak adalah jiwa yang selaras dengan hukum alam. Ia meyakini bahwa musik mampu mengharmoniskan jiwa manusia. Ironisnya, baik Dhani maupun Maia adalah musisi. Seharusnya mereka mampu menciptakan harmoni, bukan disonansi.

Semoga kisah ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Bahwa menjadi orang tua bukan hanya soal membesarkan anak secara fisik, tetapi juga memberikan keteladanan dan rasa aman—terutama ketika hubungan suami-istri tidak lagi bisa dipertahankan.  (red.a)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama