Surabaya, radarjatim.net – Sebuah kisah menyentuh hati datang dari Desa Sumberejo, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Sepasang pengantin, Siti Fatonah (29) dan Ribut Ariyanto (40), mendadak menjadi buah bibir publik setelah pernikahan mereka ramai diperbincangkan di media sosial. Bukan karena mewahnya pesta, melainkan karena kesederhanaan yang begitu menyentuh dan sarat makna.
Tanpa perias pengantin, tanpa dekorasi mewah, dan tanpa fotografer profesional, pasangan ini menggelar akad nikah di ruang tamu rumah kayu yang sederhana. Beberapa kursi plastik menjadi saksi bisu ikrar janji setia keduanya, yang dipersatukan bukan karena cinta pandangan pertama, tapi karena rasa tanggung jawab dan keikhlasan.
Yang membuat kisah ini makin haru, Siti Fatonah ternyata adalah istri dari kakak kandung Ribut yang telah meninggal dunia sekitar satu tahun silam. Setelah sang suami wafat, Siti harus menjalani hidup sebagai janda. Melihat kondisi tersebut, Ribut yang sebelumnya juga masih sendiri, memutuskan untuk menikahi kakak iparnya demi memberikan pendamping dan rasa aman bagi Siti.
“Setelah almarhum kakaknya meninggal, Siti sendirian. Akhirnya Ribut melamar Siti atas dasar tanggung jawab dan niat baik,” ujar Hardi, paman dari Ribut, Senin (5/5/2025).
Pernikahan mereka pun tak diawali dengan hubungan romantis sebagaimana pasangan pada umumnya. Keduanya tidak pernah berpacaran dan menikah tanpa prosesi pertunangan, hanya berlandaskan kedekatan keluarga dan niat tulus untuk saling menjaga.
Akad nikah berlangsung sangat sederhana. Siti hanya memakai kebaya oranye polos, sedangkan Ribut mengenakan jas biasa lengkap dengan peci hitam. Seluruh rangkaian acara hanya menelan biaya sekitar Rp1 juta—bahkan dari jumlah itu, pasangan ini masih harus berutang Rp500 ribu yang kemudian dicicil oleh Ribut dari hasil kerja harian.
“Mas kawin berupa uang Rp100 ribu malah dikembalikan oleh Siti untuk membantu suaminya bayar utang,” ungkap Hardi, menahan haru.
Keesokan harinya, kehidupan berjalan seperti biasa. Ribut kembali bekerja sebagai buruh bangunan, sementara Siti membantu keluarganya di sawah sebagai pekerja tani. Tak ada bulan madu, tak ada foto pernikahan, tapi ada ketulusan dan perjuangan nyata yang membuat kisah ini begitu berarti.
“Utang Rp500 ribu itu alhamdulillah sudah mulai dibayar. Mereka langsung kerja karena memang harus mencukupi kebutuhan harian,” tambah Hardi.
Kisah mereka menjadi viral setelah sebuah video berdurasi 25 detik tersebar luas di media sosial. Dalam video itu terlihat Siti menyuapi Ribut dengan penuh kasih sayang di tengah keluarga. Video ini menuai simpati dari ribuan warganet yang terharu dengan kesederhanaan dan ketulusan pasangan tersebut.
Di tengah era pernikahan mewah dan serba dipamerkan, kisah Siti dan Ribut menjadi pengingat penting: bahwa pernikahan sejatinya bukan soal pesta meriah atau hiasan megah, tapi tentang niat murni untuk hidup bersama dalam suka dan duka.
Doa dan dukungan dari masyarakat pun terus mengalir untuk pasangan ini. Mereka dianggap sebagai simbol cinta sejati yang sederhana namun penuh makna.(red.al)
Posting Komentar