Kediri, radarjatim.net – Prosesi puncak ibadah haji kian mendekat. Besok, Selasa (4/6), jemaah haji mulai diberangkatkan menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf, termasuk di antaranya rombongan jemaah dari Kloter 03 SUB yang didalamnya tergabung jemaah asal Kota Kediri dan sebagian Kabupaten Tulungagung.
Ketua Kloter 03 SUB Khoirul Anam menjelaskan, pemberangkatan ke Arafah mengikuti mekanisme syarikah yang telah diatur pemerintah Arab Saudi, yakni dibagi dalam beberapa kafilah. Artinya, jemaah dalam satu kloter bisa diberangkatkan bersama dengan kloter lain.
“Kloter 03 dibagi beberapa kafilah, dan bergabung dengan kloter lain seperti Kloter 01 SUB. Tapi seluruhnya akan berada di sektor 10 Misfalah,” terang Khoirul, Senin (3/6). Ia juga menambahkan bahwa mayoritas jemaah di bawah layanan syarikah MCDC akan diberangkatkan pada 8 Dzulhijjah setelah salat Ashar. Hal ini dilakukan agar jemaah tidak terlalu lama berada di bawah terik panas Arafah.
Menjelang keberangkatan tersebut, berbagai persiapan terus dilakukan. “Hari ini kami kumpulkan koper besar. Besok dilakukan penimbangan sebelum dikirim langsung ke bandara,” lanjut Khoirul yang juga merupakan dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Di sisi lain, kondisi kesehatan jemaah juga menjadi perhatian. Kepala Kemenag Kabupaten Kediri Achmad Faiz mengungkapkan, hingga Senin (3/6) terdapat dua jemaah asal Kabupaten Kediri yang menjalani perawatan intensif di RS Abeer Makkah. Keduanya didiagnosis mengalami penurunan kesadaran, diduga karena stroke dan komplikasi diabetes.
“Bagi jemaah yang tidak bisa ikut wukuf secara normal, akan dilayani dengan safari wukuf. Mereka tetap akan dibawa ke Arafah menggunakan ambulans beserta alat bantu medis lengkap. Setelah wukuf, langsung dibawa kembali ke rumah sakit,” jelas Faiz. Ia menegaskan bahwa meski tidak bisa mabit di Mina, ibadah hajinya tetap sah.
Untuk pelaksanaan lempar jumrah (jamarat), Faiz menyebutkan bahwa jemaah lansia dan tidak mampu bisa diwakilkan oleh jemaah lain. “Yang mewakili bisa melakukan lempar jumrah lebih dari sekali, dengan niat menggantikan,” katanya.
Ketua Kloter 05 SUB Hadi Suseno menambahkan, sebagian besar jemaah asal Kabupaten Kediri merupakan lansia dan banyak yang berangkat tanpa pendamping keluarga. Karena itu, pihak kloter mendorong adanya semangat gotong royong antarjemaah.
“Kita saling bantu. Bahkan ada pendamping yang berasal dari teman sejawat. Untuk pergerakan dari Muzdalifah ke Mina, tersedia fasilitas Murur. Dan lempar jumrah bisa diwakilkan,” tegasnya.
Sementara itu, sejak Senin (2/6), operasional bus salawat yang biasa membawa jemaah ke Masjidil Haram telah dihentikan sementara untuk mempersiapkan fase Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). Jalanan sekitar hotel jemaah pun kini hanya dilewati ambulans, mobil polisi, dan truk logistik.
Sebagai gantinya, jemaah diminta beribadah di masjid hotel masing-masing. Satu lantai khusus telah disediakan sebagai tempat salat berjemaah. Kebijakan ini bertujuan menjaga kebugaran jemaah, terutama lansia, disabilitas, dan kelompok risiko tinggi (risti).
Meski tidak berada di Masjidil Haram, jemaah tetap merasa tenang. “Kami diingatkan bahwa sholat di seluruh wilayah Tanah Haram mendapat keutamaan yang sama, seratus ribu kali lipat. Itu sangat menenangkan,” ujar salah satu jemaah lansia asal Kediri.
Tak hanya fisik, jemaah juga terus dibekali pemantapan manasik. Salah satu pembimbing ibadah dari sektor Makkah, Bu Nyai Lilik Nurcholida Badrus, mengingatkan jemaah perempuan, khususnya lansia, untuk menjaga kesucian diri. “Ibu-ibu mohon menjaga kebersihan hati dan tubuh. Karena ibadah ini harus dilakukan dengan penuh keikhlasan,” pesan pengasuh Ponpes Al Hikmah, Purwoasri itu.
Semua upaya ini menunjukkan bahwa pelayanan haji tahun ini berfokus pada aspek kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan jemaah, terutama mereka yang lanjut usia. Pemerintah dan petugas kloter berharap seluruh jemaah bisa menjalankan rukun haji dengan khusyuk dan pulang ke tanah air sebagai haji yang mabrur.(red.al)
Posting Komentar