Kediri, radarjatim.net – Festival Kediri Kuno Kini kembali digelar dengan harapan dapat memadukan nuansa tradisional dan modern. Namun sayangnya, sebagian warga menilai konsep acara tahun ini justru terlalu berat ke arah kekinian, meninggalkan esensi “kuno” yang seharusnya menjadi daya tarik utama.
Dari pantauan di lokasi, suasana festival didominasi oleh lapak makanan modern seperti jasuke, corn dog, kebab, hingga burger dan seblak. Sementara jajanan khas tempo dulu seperti gethuk, tiwul, sawut, blendung jagung dan kudapan rakyat lainnya justru hanya muncul di beberapa lapak saja—bisa dihitung dengan jari.
“Nggak seimbang antara yang jadul sama kekiniannya. Iya sih dari namanya aja Kediri Kuno Kini, artinya jadul dan masa kini, tapi mbok ya yang imbang gitu lo. Masak proporsinya malah 80% kekinian sisanya kuno cuma 20%.” ujar salah satu pengunjung, yang mengaku kecewa karena tidak menemukan nuansa nostalgia seperti yang diharapkan.
Beberapa penjual memang mengenakan pakaian lurik atau batik, memberi sentuhan tradisional secara visual. Namun, atmosfer secara keseluruhan tetap lebih mencerminkan event kekinian seperti car free day (CFD) malam, hanya saja dengan jam yang berbeda.
“Ekspektasi warga Kediri sih banyak yang menjual jajanan tempo dulu. Kalau konsepnya begini saya rasa bakalan banyak yang tertarik. Tapi nyatanya zonk,” lanjut warga lainnya. “Kalau itu sih konsepnya sama aja kayak CFD, cuma pindah jam aja.”
Fenomena ini sebenarnya bukan kali pertama. Sejak tahun lalu, sejumlah masyarakat telah menyuarakan keresahan yang sama. Namun, baru kali ini diskusi hangat di media sosial mulai ramai diperbincangkan. Banyak warganet menyayangkan bahwa konsep awal yang unik dan potensial justru kehilangan arah.
“Dari tahun kemarin sebenarnya hal ini udah ada dan bikin warga greget, cuma emang beritanya baru viral dan ramai diperbincangkan di media sosial baru-baru ini, maklumlah tinggal di negeri Konoha,” seloroh salah satu komentar di media sosial.
Warga pun berharap ada evaluasi serius dari pihak penyelenggara, termasuk pemerintah daerah. “Yah, semoga segera ada tindakan dari Masbup biar tahun berikutnya tidak semakin merusak citra Kediri.”
Menurut mereka, festival rakyat seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh kalangan, tanpa harus mengandalkan tren modern semata. “Toh namanya festival rakyat harusnya semua kalangan bisa menikmatinya dengan enjoy. Ingat, tidak semua pengunjung Kediri Kuno Kini punya banyak uang. Terkadang mereka datang hanya untuk refreshing sederhana,” tutur seorang pengunjung sambil menunjukkan jajanan sederhana yang dibelinya.
Masyarakat kini menantikan komitmen dan penyempurnaan konsep dari panitia pelaksana agar di tahun-tahun mendatang, Kediri Kuno Kini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga ruang pelestarian budaya lokal yang otentik dan merakyat.(red.al)
Posting Komentar