DPRD Kabupaten Kediri Dorong Pengeboran Sumur Dalam sebagai Solusi Permanen Krisis Air Bersih di Plosolor

 


KABUPATEN KEDIRI, radarjatim.net   – Masalah pencemaran belasan sumur warga di Dusun/Desa Plosolor, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, terus menjadi perhatian serius Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. Komisi III DPRD kembali menggelar rapat dengar pendapat (RDP) guna mencari solusi konkret atas krisis air bersih yang dialami warga sejak beberapa waktu terakhir.

Dalam pertemuan yang digelar bersama perwakilan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) Manajemen Kerja Sama Operasional (MKSO) Tebu Kebun Dhoho serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH), DPRD merekomendasikan langkah strategis berupa pengeboran sumur dalam untuk mencari sumber air bersih yang aman dikonsumsi.

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kediri, Totok Minto Leksono, menegaskan bahwa hasil uji laboratorium terhadap tujuh sampel air menunjukkan hanya satu yang memenuhi standar baku mutu air bersih sesuai Permenkes Nomor 2 Tahun 2023. Namun, sumber pencemaran air sumur warga hingga kini masih belum dapat dipastikan.

“Pemeriksaan akan kami lanjutkan dengan menggandeng DLH Provinsi Jawa Timur. Tapi di sisi lain, kami juga butuh solusi jangka panjang, bukan sekadar distribusi air bersih sementara,” tegas Totok.

Politisi Partai Gerindra itu menekankan bahwa pemerintah dan perusahaan tidak bisa terus-menerus mengandalkan bantuan air tangki. “Sampai kapan warga harus bergantung pada bantuan air? Harus ada solusi permanen yang bisa memberi kepastian,” ujarnya.

Totok juga mengungkapkan bahwa sebelumnya PT SGN telah mencoba mengebor sumur sedalam 12 meter, namun hasilnya mengecewakan. Air yang awalnya terlihat jernih dan tidak berbau, keesokan harinya berubah menjadi keruh dan mengandung endapan seperti minyak. Hal ini menandakan pencemaran yang cukup kompleks.

Menyikapi kondisi tersebut, DPRD meminta PT SGN untuk melakukan pengeboran yang lebih dalam lagi, hingga ditemukan titik air yang benar-benar layak konsumsi. “Kalau airnya nanti sudah diuji laboratorium dan hasilnya bagus, tentu bisa langsung dimanfaatkan warga,” tambah Totok.

Terkait pembiayaan pengeboran, Totok mengusulkan agar menggunakan dana corporate social responsibility (CSR) dari PT SGN. Namun, jika biaya tidak mencukupi, Pemkab Kediri diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk mendukung upaya penyediaan air bersih ini.

“Pemerintah harus hadir. Baik dalam situasi darurat maupun konflik lingkungan seperti ini. Jangan biarkan masyarakat berjuang sendirian,” tandasnya.

Sementara itu, Bintoro Edi (38), salah satu perwakilan warga, berharap pengeboran sumur baru segera dilakukan. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat telah menanti solusi nyata sejak lama. “Kami sangat berharap bisa segera ditindaklanjuti. Kalau bisa minggu depan sudah ada aktivitas pengeboran,” katanya.

Pihak PT SGN MKSO Tebu Kebun Dhoho, melalui Manajer Keuangan dan Umum Ardi Meidianto Putra, menyatakan bahwa meski sumber cemaran masih belum diketahui secara pasti, pihaknya berkomitmen untuk tetap menyalurkan bantuan air bersih kepada warga terdampak.

“Kondisi ini memang kompleks. Sampai sekarang belum ada kepastian penyebab pencemarannya karena banyak faktor saling tumpang tindih. Namun kami tetap berdiskusi untuk mencari langkah terbaik,” pungkas Ardi.(red.al)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama