BRI Perkuat Mitigasi Risiko Kredit UMKM di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global


Jakarta, radarjatim.net – Ketidakstabilan ekonomi dunia yang dipicu oleh ketegangan geopolitik serta dampak berkelanjutan dari perang tarif internasional mendorong sejumlah korporasi besar untuk memperkuat strategi adaptif mereka. Tak terkecuali PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) yang kini gencar memantapkan langkah mitigasi risiko, terutama dalam menjaga kualitas pembiayaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)—segmen andalan Perseroan.

Direktur Manajemen Risiko BRI, Mucharom, menyampaikan bahwa dalam kondisi pelemahan daya beli masyarakat, pihaknya tetap berkomitmen terhadap pertumbuhan kredit yang sehat dan selektif. “Kami menjaga agar pertumbuhan pembiayaan tetap berkualitas, dengan mempertahankan prinsip kehati-hatian dan monitoring secara berkesinambungan,” ujarnya dalam konferensi pers Paparan Kinerja Keuangan Triwulan I Tahun 2025, yang berlangsung Rabu (30/4/2025).

Hingga akhir Maret 2025, BRI tercatat telah menyalurkan kredit untuk sektor UMKM sebesar Rp1.126,02 triliun, atau sekitar 81,97% dari total keseluruhan portofolio kredit. Hal ini mencerminkan fokus BRI dalam mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pembiayaan inklusif dan produktif.

Tak hanya itu, indikator kualitas aset pun menunjukkan perbaikan yang signifikan. Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) BRI menurun dari 3,11% di akhir kuartal pertama 2024 menjadi 2,97% di akhir kuartal pertama 2025. Sementara itu, Loan at Risk (LAR) juga menunjukkan tren positif dengan penurunan dari 12,68% menjadi 11,12%.

Untuk memastikan ketahanan portofolio kredit, BRI memperkuat fungsi sistem peringatan dini (early warning system) dan pengawasan nasabah. “Langkah ini penting agar kami dapat mendeteksi lebih awal potensi risiko yang mungkin timbul,” imbuh Mucharom.

Dalam mendukung penguatan sektor UMKM, BRI turut mengevaluasi kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur internal. Penyesuaian dilakukan melalui pembaruan sistem deteksi kecurangan (fraud detecting system) dan optimalisasi alat analisis risiko seperti credit scoring dan credit rating. Penyempurnaan sistem ini memungkinkan BRI untuk mengidentifikasi risiko secara lebih detail berdasarkan sektor usaha maupun wilayah geografis.

“Dengan pendekatan yang lebih tersegmentasi dan granular, kami dapat menyusun strategi pembiayaan yang relevan dengan kondisi masing-masing sektor ekonomi,” jelasnya lagi.

Walau perekonomian global masih dihantui ketidakpastian, BRI Group tetap menunjukkan performa keuangan yang solid. Sepanjang Triwulan I 2025, BRI berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,80 triliun serta total aset yang mencapai Rp2.098,23 triliun, meningkat 5,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year).

Sebagai informasi tambahan, Mucharom ditetapkan sebagai Direktur Manajemen Risiko BRI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 24 Maret 2025, dan mulai efektif menjalankan tugas setelah memperoleh persetujuan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and proper test) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dengan upaya strategis ini, BRI optimistis mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan pengelolaan risiko yang sehat, sekaligus memperkuat peranannya sebagai bank yang berpihak pada sektor UMKM di tengah tantangan global yang dinamis.(red.a)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama