KEDIRI, radarjatim.net – Kondisi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kediri yang saat ini dihuni oleh lebih dari 900 warga binaan membuat pihak lapas harus lebih waspada terhadap penyebaran penyakit menular, termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pasalnya, kapasitas hunian seharusnya hanya 325 orang, namun saat ini jumlah penghuni mencapai 939 orang.
Guna mencegah penyebaran virus tersebut, pihak lapas melakukan langkah antisipatif dengan menggelar pemeriksaan HIV terhadap para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Pemeriksaan ini dilakukan secara acak terhadap 27 orang pada Selasa (25/6) pagi.
“Langkah ini merupakan bentuk deteksi dini yang kami lakukan untuk menjaga lingkungan lapas tetap sehat,” ujar Kalapas Kediri, Solichin.
Sebelum pengambilan sampel darah, para warga binaan terlebih dahulu menjalani pemeriksaan tekanan darah serta pengecekan riwayat kesehatan. Proses skrining dilakukan dengan tertib, mulai dari antrean, pemeriksaan awal, pengambilan darah, hingga sesi konseling singkat.
Solichin menuturkan bahwa hasil pemeriksaan kali ini cukup melegakan. Semua warga binaan yang diperiksa menunjukkan hasil negatif HIV.
“Alhamdulillah, tidak ada yang terindikasi terjangkit HIV. Tapi ini tidak membuat kami lengah. Pemeriksaan seperti ini akan terus kami lakukan secara berkala,” imbuhnya.
Namun, ia menekankan bahwa pemeriksaan tidak dilakukan secara massal sekaligus. Sebab, jika jadwal tes diumumkan secara menyeluruh, ada kemungkinan sebagian napi yang merasa berisiko bisa menghindar atau melakukan tindakan pencegahan agar hasil tes tidak terbaca akurat.
Overkapasitas Jadi Tantangan Serius
Lebih lanjut, Solichin menjelaskan bahwa overkapasitas menjadi tantangan serius di Lapas Kelas IIA Kediri. Dengan jumlah warga binaan hampir tiga kali lipat dari kapasitas ideal, potensi penularan penyakit menjadi lebih tinggi dibandingkan lembaga pemasyarakatan lain yang lebih longgar dari segi jumlah penghuni.
“Dengan kepadatan seperti ini, penyebaran penyakit sangat rentan, apalagi HIV yang bisa menyebar lewat aktivitas tertentu seperti pemakaian alat suntik bersama, pembuatan tato, atau tindik yang tidak steril,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa HIV tidak menular melalui kontak biasa seperti berjabat tangan, berbagi makanan, atau pelukan. Namun, kesadaran warga binaan untuk menjaga kebersihan dan menjauhi perilaku berisiko harus terus dibangun.
Pendidikan dan Pencegahan Terus Diperkuat
Tak hanya melakukan tes HIV, tim medis lapas juga menyampaikan edukasi seputar HIV/AIDS kepada para warga binaan. Mulai dari cara penularan, gejala awal, hingga langkah-langkah pencegahan disampaikan secara interaktif.
“Kami ingin warga binaan tidak hanya tahu status kesehatannya, tetapi juga memahami pentingnya pola hidup bersih dan sehat, serta menjauhi perilaku yang membahayakan,” tambah Solichin.
Ia berharap, kegiatan ini bisa membentuk kesadaran kolektif dan menjadikan para napi lebih peduli terhadap kondisi tubuhnya sendiri. Bahkan, ia mendorong agar mereka bisa menjadi agen perubahan di lingkungan lapas.
“Kegiatan semacam ini adalah bagian dari komitmen kami untuk menciptakan lapas yang tidak hanya aman, tapi juga sehat dan layak secara kemanusiaan,” pungkasnya.(red.al)
Posting Komentar