Lamongan, radarjatim.net – Lonjakan harga kelapa beberapa waktu terakhir membuat para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Lamongan, terutama pembuat dan penjual wingko, kelimpungan. Akibatnya, mereka terpaksa menyesuaikan harga jual jajanan khas berbahan dasar kelapa tersebut demi menekan kerugian.
Salah satu pelaku UMKM wingko, Sucipto, menyampaikan bahwa harga kelapa mulai merangkak naik sejak dua minggu menjelang Idulfitri. Kenaikan harga tersebut membuat biaya produksi meningkat cukup signifikan.
“Sudah terasa naik sejak sebelum Lebaran. Harga kelapa melonjak tajam,” ujar Sucipto saat ditemui di tokonya, Wingko Diva, yang berlokasi di Jalan Panglima Sudirman, Kamis (8/5/2025).
Menurut Sucipto, harga kelapa yang biasanya hanya sekitar Rp 18 ribu per butir, sempat melonjak hingga menyentuh angka Rp 45 ribu pada saat puncak permintaan menjelang dan saat Hari Raya Idulfitri. Bahkan, menurutnya, tren kenaikan harga kelapa ini tidak hanya terjadi di Lamongan, tetapi juga merata di banyak daerah lain di Indonesia.
“Naiknya hampir setiap hari. Dan itu membuat kami kesulitan, karena bahan utama wingko ya kelapa itu,” tuturnya.
Untuk menjaga kualitas dan rasa produk wingko buatannya, Sucipto mengaku tidak mengurangi komposisi kelapa dalam adonannya. Bahkan, untuk menjamin pasokan, ia memilih mendatangkan kelapa langsung dari Bali. Karena itulah, ia memilih opsi menaikkan harga wingko secara bertahap.
“Kalau kurangi kelapa, rasa wingko bisa berubah. Kami lebih baik naikkan harga sedikit, daripada pelanggan kecewa,” tambahnya.
Pada awal Ramadan, wingko buatannya masih dijual seharga Rp 23 ribu per kotak. Namun, mendekati Lebaran, harga jualnya naik sedikit demi sedikit, bahkan mencapai Rp 30 ribu per kotak pada hari H Lebaran. Ia mengaku bersyukur karena pembeli masih bisa memahami kenaikan harga tersebut.
“Syukurnya, pembeli juga maklum karena tahu harga bahan pokok memang sedang naik,” ucapnya.
Saat ini, harga kelapa mulai berangsur turun, meskipun belum kembali ke harga semula. Kelapa kini dijual dengan harga sekitar Rp 22 ribu per butir. Untuk menyesuaikan kondisi tersebut, Sucipto saat ini mematok harga wingko Rp 25 ribu per kotak.
“Kami sesuaikan, sekarang dijual Rp 25 ribu. Masih belum seperti dulu, tapi lumayan sudah turun dari puncak harga Lebaran,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah bisa memberikan perhatian terhadap kestabilan harga bahan baku, khususnya kelapa yang sangat vital bagi pelaku UMKM pengolah makanan tradisional seperti dirinya. Terlebih, menurut Sucipto, usaha wingko banyak digeluti masyarakat Lamongan, dan menjadi sumber penghidupan utama bagi sebagian keluarga.
“Kami berharap pemerintah bisa membantu menstabilkan harga bahan baku, karena ini menyangkut kelangsungan UMKM. Jangan sampai pelaku usaha kecil terus tertekan karena harga bahan mentah yang tak menentu,” pungkasnya.(red.al)
Posting Komentar